Sponsors
Jumat, 06 Desember 2013
ANALISIS PENDAPATAN PETANI PADI PADA KELURAHAN JONGGON
1. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian disektor pertanian, sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, hal ini terlihat dari banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang hidup dan bekerja disektor tersebut.Tujuan pembangunan pertanian adalah untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, pendapatan petani, memperluas lahan pekerjaan dan mendorong pemerataan berusaha. Seiring dengan meningkatnya pebangunan nasional terutama dalam memenuhi kebutuhan pangan maka permintaan bahan pangan pun meningkat, mengingat sumber daya alam yang besar pada sector pertanian maka di masa mendatang sector ini masih merupakan sector penting dalam memberikan konstribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional (Adiwilanga, 1992).
Tahun 2004 oleh pemerintah di canagkan sebagai ‘‘Tahun Padi Nasional’’.Pencanagan ini dilaksanakan dalam upacara Hari Pangan Sedunia tingkat nasional yang dipusatkan di Ambarawa Kabupaten Semarang Jawa Tengah beberapa waktu yang lalu.Pencanagan Tahun Padi Nasional ini berkaitan erat dengan upaya pemerintah untuk mensukseskan program ketahanan pangan nasional dan meningkatkan kesejahteraan petani (Kompas 2004).
Kabupaten Kutai Kartanegara secara geografis terletak antara 115026’28’’ BT – 117036’43’’ BT dan 1028’21’’ LU – 1008’06’’ LS. Topografi wilayah sebagian besar bergelombang sampai berbukit dengan kelerengan landai sampai curam, pada wilayah pedalaman dan perbatasan pada umumnya merupakan kawasan pegunungan dengan ketinggian 500-2000 m dpl.(Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 2011 Kabupaten Kutai Kartanegara mempunyai luas wilayah 2.726,310 km², dengan luas areal pertanian sekitar 809,161 ha dimana potensi lahan sawah 74,362 ha. Lahan fungsional atau yang telah dimanfaatkan 24,798 ha. Sedangkan luas panen padi sawah dari tahun ketahun mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebesar 37.514 ha, tahun 2010 sebesar 38.658 ha dengan produktivitas hasil panen tahun 2009 190.146 ton dan tahun 2010 sebesar 202.746 ton yang terbagi dalam 18 Kecamatan yang mana hasil produksi padi sawah terbesar dari kecamatan Tenggarong Seberang sebesar 41.949 ton dan selanjutnya kecamatan Loa Kulu sebesar 31.122 ton (Kutai Kartanegara Dalam Angka.2011).
Kecamatan Loa Kulu menjadikan padi sebagai mata pencaharian utama mereka ini dapat dilihat dari hasil produksi mereka yang meningkat meskipun lahan pertanian juga semakin berkurang seiring berkembangnya sector pertambangan terutama tambang batu bara di wilayah ini, secara keseluruhan luas panen seluas 5.838 Ha, dengan produktifitas atau hasil perhektar 51,12 ton dan produksinya sebesar 29.842,65 ton yang mana desa Jonggon Jaya adalah desa yang mempunyai areal luas panen paling luas yaitu 900 Ha, dengan diikuti produksi padinya yang juga tinggi yaitu sebesar 4.207,65 ton (Kecamatan Loa Kulu Dalam Angka, 2011).
Melihat luas panen dan produksi padi sawah yang besar di Desa Jonggon Jaya ternyata masih banyak permasalahan yang dihadapi petani di antaranya ketika saat panen tiba dengan hasil yang melimpah pendapatan mereka masih sangat kurang dibandingkan dengan biaya pengelolaan produksi padi sawah mulai dari pengadaan bibit, pupuk, pengolahan, pestisida dan biaya lainnya yang tidak terduga ini terjadi dikarenakan hasil panen mereka hanya di jual pada pedagang (tengkulak) lokal yang berada di Desa Jonggon Jaya yang mana mereka terbatas dengan modal sehingga terkadang padi yang dijual pembayarannya setengah dari jumlah yang dijual dan akan dibayar kembali setelah padi diolah menjadi beras dan dipasarkandan ada juga pedagang yang datang dari luar daerah tetapi kedatangan pedagang dari luar daerah tersebut tidak menentu kedatanganya dikarnakan sarana prasarana berupa jalan menuju Desa Jonggon Jaya rusak berat sehingga menyebabkan biaya pengangkutan yang bertambah dan permasalahan lainnya adalah belum adanya suatu instansi yang memfasilitasi dalam mendistribusikan atau memasarkan hasil produksi padi sawah, sehingga mengakibatkan belum meratanya pendapatan yang diterima oleh petani di Desa Jonggon Jaya.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu melaksanakan penelitian dengan mengambil judul “Analisi Pendapatan Petani Dalam Penjualan Hasil Produksi Padi Sawah (Oryza Sativa L) di Desa Jonggon Jaya Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara”.
1.2. Rumusan Masalah
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah :
- Bagaimana proses pemasaran hasil produksi padi sawah di Desa Jonggon Jaya Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara ?
- Berapa pendapatan petani dalam penjualan hasil produksi padi sawah dalam satu kali periode penanaman ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
- Mengetahui proses pemasaran hasil produksi padi sawah ?
- Mengatahui pendapatan petani dalam penjualan hasil produksi padi sawah dalam satu kali periode ?
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
- Sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah khususnya dalam hal ini adalah Desa Jonggon Jaya, dalam rangka pembinaan terhadap petani padi dalam upaya peningkatan hasil produksi dan tingkat pendapatan petani.
- Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan penulis tentang masalah pertanian khususnya sektor tanaman padi.
- Sebagai bahan masukan bagi instansi yang terkait untuk merumuskan kebijakan pengembangan padi sawah yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan para petani padi sawah.
- Sebagai bahan perbandingan bagi pihak lain yang akan melanjutkan penelitian lebih lanjut.
II. TINJAUAN PENELITIAN
2.1. Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Putri Aprilia R (2011), meneliti tentang Analisis Pendapatan Usaha Tani Padi Sawah (Oryza Sativa L) di Kelurahan Mangkurawang Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara.
Pendapatan usahatani padi sawah diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya produksi selama satu kali musim tanam dengan perhitungan pendapatan per musim tanam sebesar Rp. 201.300.000,- dengan rata-rata Rp. 5.651.189,30 dengan pendapatan per bulan Rp. 1.412.972,82.
Adapun persamaan sama-sama meneliti tentang komunditi padi sawah, sedangkan perbedaannya terletak pada tempat penelitiannya sebelumya di lakukan di Kelurahan Mangkurawang Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara. Sedangkan penelitian yang akan saya laksanakan di Desa Jonggon Jaya Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara.
Sarinda Jamin (2009) meneliti tentang Analisis Pendapatan Petani Karet di Kecamatan Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan petani karet yang di kecamatan barong tongkok Kabupaten Kutai Barat.
Hasil penelitian ini diketahui pendapatan petani karet di Kecamatan Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat adalah Rp. 124.018.000,00 atau rata-rata Rp. 2.841.319.00 per responden. Penerimaan petani karet adalah Rp. 290.500.000,00 atau rata-rata Rp. 60602.27,00 per responden, jumlah produksi sebesar 33. 080 kg atau rata0rata 752,83 kg per responden, total biaya produksi yang dikeluarkan petani adalah Rp. 166.212.000,00 atau rata-rata Rp. 3.777.545,00 per responden dengan demikian tanaman karet yang dilaksanakan petani di Kecamatan Barong Tongkok dapat dikatakan layak untuk diusahakan.
Adapun persamaan penelitian ini dengan yang akan dilaksanakan sama-sama meneliti tentang pendapatan petani namun perbedaanya terletak pada komonditinya dan tempat penelitian.
2.2. Tinjauan umum padi sawah
2.2.1. Sejarah Padi
Menurut sejarahnya, padi termasuk genus Oriza L. yang meliputi lebih kurang 25 species, terbesar di daerah tropik dan daerah subtropika seperti di Asia, Afrika, Amerika dan Australia.
Menurut Chevalier dan Neguier, padi berasal dari dua benua : Oryza Fatua Koenig dan Oriza Satifa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu Oryza Stapfii Roschev dan Oryza Glaberrima Steund berasal dari afrika barat (Benua Afrika). Oryza Fatua Konig dan Oriza MinutaPresl berasal dari India (Himalaya).
Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza Sativa f. spontanea.Di Indonesia pada mulanya tanaman padi di usahakan di daerah tanah kering dengan system ladang, tanpa pengairan.Hal ini dilakukan pula di negara-negara lain (AAK, 1983).
Menurut Suparyono dan A. Setyono (1993), berdasarkan kedudukanya dalam taksonomi tumbuhan, klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermathophyta (tumbuhan berbiji)
Kelas : Angiospermae
Sub kelas : Monocotyledone
Famili : Graminaceae
Sub family : Oryzidae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L.
2.2.2. Proses Bercocok Tanam Padi
Menurut AAK ( 1990), bahwa tekhnik bercocok tanaman padi yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak di lakukan persemean tanaman itu bisa dipanen sebagaimana diuraikan sebagai berikut:
1. Persemaian
Membuat persemean merupakan langkah awal bertanam padi dimana dimulainya dengan penggunaan benih unggul.benih yang digunakan harus sebaik-baiknya dan sehat dimana tujuannya adalah membantu memberikan keadaan lingkungan yang baik untuk saat awal pertumbuhan. Dari umur 25 – 40 hari benih siap ditanam disawah yang telah disiapkan.
2. Persiapan dan pengolahan tanah sawah
Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu sehingga memperoleh susunan tanah yang dikehendaki oleh tanaman, pengolahan tanah yaitu pembersihan lahan, pencangkulan, pembajakan dan penggaruan.
3. Penanaman
Dalam penanaman yang baik harus diperhatikan sebelumnya adalah persiapan lahan umur bibit dan tahap penanaman.
4. Pemeliharaan
Tanaman padi ditanam dengan baik dapat membuahkan hasil yang memuaskan, sesuai dengan yang diharapkan.Yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan adalah penyulaman dan penyiangan, pengairan padi sawah dan pemumupukan.
5. Pengendalian organisme tanaman
Menurut Soemartono. B. (1984) ada beberapa cara memberantas pengganggu tanaman padi sawah yaitu:
- Cara fisik dan mekanik, misalnya dengan cara Gropyokan untuk memberantas hama tikus.
- Cara Biologis, dengan menggunakan predator atau parasit misalnya burung yang memakan ulat.
- Dengan mengatur waktu tanaman dengan carapergiliran tanaman.
- Menanam tanaman yang resisten, yaitu tanaman yang tahan terhadap hama dan penyakit.
- Penggunaan bahan kimia yaitu dengan cara penggunaan prestisida (Insektisida, fungsida, rodentisida, dan herbisida)
6. Panen
Panen merupakan tahap akhir penanaman padi sawah.Bila hasil yang diharapkan telah menjadi kenyataan, berarti bua padi sudah cukup masak dan siap untuk di panen atau di petik.Namun pemanenan padi harus di lakukan pada waktu yang tepat, sebab ketepatan waktu memanen berperngaruh terhadap jumlah dan mutu gabah dan berasnya.
Panen yang terlambat pada varietas padi yang mudah rontok, dan menurunkan hasil produksi.Sedangkan panen yang teralu awal menyebabkan mutu padi kurang baik.
7. Tahap Pascapanen
Menurut AAK (1990) bahwa tahap pascapanen atau perlakuan pascapanen meliputi kegiatan pasca perontokan, pengangkutan, pengeringan, pembersiahan dan penyiapan serta penggilingan.
Ditambahkan Soeparyono dan A. Setyono (1993), bahwa pasca panen hasil petani merupakan tahanan kegiatan yang dimulai sejak pemungutan hasil sampai siap untuk dipasarkan.Penanganan pasca panen tindakan yang dilakukan atau disiapkan agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen atau dapat oleh lebih lanjut melalui kegiatan industri.
2.2.3.Produksi Padi sawah
Menurut M.Fuad, dkk (2006), mendefisikan produksi adalah sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan menjadi keluaran dalam arti sempit. Pengertian produksi hanya di maksudkan sebagai kegiatan yang menghasilkan barang, baik barang jadi atau setengah jadi, barang industri, suku cadang maupun komponen-komponen penunjang.
Ditambahkan Soeparyono dan A. Setyono (1993), bahwa pasca panen hasil petani merupakan tahanan kegiatan yang dimulai sejak pemungutan hasil sampai siap untuk dipasarkan.Penanganan pasca panen tindakan yang dilakukan atau disiapkan agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen atau dapat oleh lebih lanjut melalui kegiatan industri.
2.2.3.Produksi Padi sawah
Menurut M.Fuad, dkk (2006), mendefisikan produksi adalah sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan menjadi keluaran dalam arti sempit. Pengertian produksi hanya di maksudkan sebagai kegiatan yang menghasilkan barang, baik barang jadi atau setengah jadi, barang industri, suku cadang maupun komponen-komponen penunjang.
Ditambahkan Aristanti dan Bambang, (2007).Produksi adalah merupakan kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa. Pengertian produksi secara sempit adalah perbuatan atau kegiatan manusia untuk membuat suatu barang atau mengubah suatu barang menjadi barang lain. Secara luas produksi dapat diartikan sebagai segala perbuatan atau kegiatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung, yang di tunjukan untuk menambah atau mempertinggi nilai dan guna suatu barang untuk memenuhi kebutuhan manusia.
2.2.4. Biaya Produksi
Biaya adalah setiap kegiatan yang dilakukan pada suatu usaha memerlukan pengorbanan fisik non fisik, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kegiatan ekonomi setiap kegiatan untuk memperoleh suatu barang atau jasa diperlukan pengorbanan dari barang atau jasa lain dengan demikian perngorbanan ini diartikan sebagai modal atau baiya. Biaya produksi dalam usahatanidapat berupa uang tunai, upah kerja untuk biaya persiapan dan penggarapan tanah, biaya pembelian pupuk, biaya bibit, herbisida dan sebagainya (Mubyarto, 1991).
2.2.4. Biaya Produksi
Biaya adalah setiap kegiatan yang dilakukan pada suatu usaha memerlukan pengorbanan fisik non fisik, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kegiatan ekonomi setiap kegiatan untuk memperoleh suatu barang atau jasa diperlukan pengorbanan dari barang atau jasa lain dengan demikian perngorbanan ini diartikan sebagai modal atau baiya. Biaya produksi dalam usahatanidapat berupa uang tunai, upah kerja untuk biaya persiapan dan penggarapan tanah, biaya pembelian pupuk, biaya bibit, herbisida dan sebagainya (Mubyarto, 1991).
Biaya dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu:
- Biaya tetap, biaya yang harus dikeluarkan oleh para petani yang penggunaannya tidak habis dalam masa satu kali produksi, seperti membajak tanah pertanian, retribusi air, gajih karyawan tetap, premi asuransi, penyusutan alat dan bangunan pertanian.
- Biaya variabel, yaitu biaya yang besar dan kecilnya tergantung pada jumlah produksi seperti biaya pupuk, herbisida, upah langsung petani, dan alat – alat pertanian.
- Biaya semi variable, ialah biaya yang sifatnya bisa di anggap tetap, namun bisa juga di anggap variabel, seperti biaya pemeliharaan dan perawatan padi sawah secara langsung bisa berpengaruh pada produksititas pertanaman dan karyawan harian (Supari, 2001)
2.2.5. Penerimaan
Menurut Sudarsono (1995), penerimaan merupakan suatu hasil penjualan dari barang tertentu yang diterima atas penyerahan sejumlah barang pada pihak lain. Jumlah penerimaan (total revenue) di definisikan sebagai penerimaan dari penjualan dari barang tertentu yang peroleh dari sejumlah satuan barang yang terjual di kalikan harga penjualan setiap satuan barang.
Penerimaan dibidang pertanian adalah produksi yang dinyatakan dalam betuk uang tunai sebelum dikurangi dengan biaya pegeluaran selama kegiatan usaha tani tersebut (Daniel, 2002).Sedangkan menurut Soeharno (2009), penerimaan adalah harga di kalikan dengan jumlah yang di jual. Secara matematis dapat dilihat seperti :
TR = P.Q
Keterangan :
TR : Total Penerimaan (Total Revenue)
Q : Kualitas barang yang di hasilkan (Quantity)
P : Harga (Price)
TR = P.Q
Keterangan :
TR : Total Penerimaan (Total Revenue)
Q : Kualitas barang yang di hasilkan (Quantity)
P : Harga (Price)
2.2.6. Pendapatan
Menurut Adiwilanga, (1992) pendapatan diperlukan oleh keluarga petani untuk memenuhi kebutuhan hidup ini tidak tetap melainkan terus menerus. Oleh karena itu, pendapatan yang dimaksimal itulah yang selalu diharapkan petani dari usaha tani.Di tambahkan oleh (Mosher, 1991), pendapatan merupakan produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurang biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usaha tani.
Menurut Aukley (1983), pendapatan seseorang indifidu di definisikan sebagai jumlah penghasilan yang diperoleh dari jasa – jasa produksi yang diserahkan pada suatu atau diperolehnya dari harta kekayaannya, sedangkan pendapatan tidak lebih dari pada penjumlahan dari semua pendapatan individu.
Menurut Soekarwati (1995), pendapatan dibedakan atas dua pengertian yaitu:
- Pendapatan kotor usahatani. Sebagai nilai produksi usahatani dikalikan harga dalam jangka waktu tertentu baik yang jual maupun yang dikonsumsi sendiri, digunakan untuk pembayaran dan simpanan atau ada digudang pada akhir tahun.
- Pendapatan bersih usahatani. Merupakan selisih antara pendapatan kotor dengan usahatani dengan pengeluaran total usahatani.
Hubungan biaya dengan pendapatan dapat diperitungkan untuk seluruh usaha tani sebagai satu unit selama periode tertentu, misalnya pada musim tanam.Dalam hal ini semua biaya semua produksi dijumlahkan kemudian di bandingkan dengan pendapatan diperoleh (Hadisaputro, 1985).
Menurut Soekarwati, dkk (1994), pendapatan keluarga mencerminkan tingkat kekayaan besarnya modal yang dimiliki petani. Pendapatan yang besar mencerminkan dana yang besar dalam usahatani, sedangkan pendapatan yang rendah dapat menyebabkan menurunnya infestasi dan upaya pemupukan modal, pendapatan bersih petani hasil kotor dari produksi yang dinilai dengan uang kemudian hasil kotor tersebut dikurangi dengan biaya produksi dan biaya pemasaran.
2.2.7. Pemasaran
Pengertian sehari-hari arti pemasaran adalah aktfitas jual beli dalam bidang ekonomi pemasaran tidak terbatas pada kegiatan jual beli saja akan tetapi semua aktifitas ekonomi uang memungkinkan barang dan jasa bergerak dari produksen sampai ke konsumen.
Menurut Soekartawi (1993) pemasaran atau marketing pada prinsipnya adalah aliran barang dari produksen ke konsumen, aliran barang ini dapat terjadi karena adanya lembaga pemasaran. Sedangkan menurut Mubyarto (1994) tataniaga atau pemasaran diartikan sabagai suatu kegiatan ekonomi yang mengakibatkan terjadinya pemindahan milik barang dan jasa untuk menyalurkan distiribusi dari produksen ke konsumen.
Fungsi dan peranan tataniaga atau pemasaran yaitu mengusahakan agar pembeli mempperoleh barang yang diinginkan pada tempat, waktu, bentuk dan harga yang tepat. Fungsi utama dari tataniaga atau pemasaran adalah menyangkut penyimpanan, pengolahan dan pembiayaan.
Menurut gilarso (1992) funsi-fungsi pemasaran mencakup semua kegiatan yang perlu diselengarakan dalam proses memasarkan barang/jasa hingga barang tersebut sampai ketangan konsumen. Pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia usaha, peranan lembaga tataniaga ini sangat tergantung dari sistem pasar yang berlaku dan karakteristik aliran yang dipasarkan atau lebih di kenal dengan istilah saluran pemasaran. Sedangkan lembaga tataniaga ini sangat tergantung dari sistem pasar yang berlaku dan karakteristik aliran yang dipasarkan atau lebih di kenal dengan istilah saluran pemasaran. Sedangkan lembaga tataniaga adalah orang, badan atau perusahaan yang terlibat dalam proses pemasaran.
Ditambahkan oleh Soekartawi (1993) mengemukakan bahwa saluran pemasaran dapat berbentuk secara sederhana dan dapat pula rumit sekali, hal demikian tergantung dari macam komonditi lembaga pemasaran dan sistem pasar (iklim pasar). Sedangkan yang dimaksud dengan saluran pemasaran adalah suaatu jalur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produksen ke perantara dan sampai akhiranya ke tangan konsumen. Selanjutnya menurut Daniel (2004)
Tataniaga atau pemasaran memerlukan biaya, dan biaya ini makin besar dengan perkembangan pertanian maupun peternakan dan makin kompleksnya tataniaga atau pemasaran tersebut. Menurut Danil (2004) setiap kegiatan pemasaran memerlukan biaya mulai dari pengumpulan, pengangkutan, pengolahan pembayaran retribusi, bongkar muat dan lain-lain. Jadi bias disimpulkan biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran (pedagang) dalam menyalurkan hasil pertanian dari produksen ke konsumen.
Menurut Daniel (2004) margin memasaran adalah selisih antara harga yang di bayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima Produksen. margin ini akan diterima oleh lembaga niaga yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut. Sedangkan keuntungan pemasaran adalah selisih margin pemasaran pedagang dengan biaya pemasaran yang dikeluarkan selama proses mengalirnya barang (produk) dari produksen ke konsumen.
III. METODE PENELITIAN
3.1.Waktu Dan Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2012, terhitung sejak pengambilan data awal ke lapangan sampai pengolahan data ahir.Adapun lokasi penelitian yaitu pada Petani Desa Jonggon Jaya Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara.
3.2. Devinisi Operasional
Penelitian ini diarahkan pada perhitungan pendapatan dan produksi usahatani padi sawah di desa Jonggon Jaya.Perhitungan ini dilakukan pada satu kali musim tanam atau 4 bulan. Untuk memudahkan ukuran variabel – variabel, maka diberikan batasan – batasan sebagai berikut:
- Petani responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petani padi sawah yang berada di Desa Jonggon Jaya Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara.
- Luas lahan adalah luas tanah sawah yang ditanami padi sawah oleh petani responden yang dikonversikan kedalam satuan hektar.
- Penjualan produksi adalah padi sawah berupa gabah kering, menjadi gabar kering giling, dan selanjutnya diproses menjadi beras yang dihasilkan oleh petani responden dalam satu kali musim tanam, diukur dalam satuan kilogram.
- Penerimaan merupakan hasil kali dari jumlah penjualan produksi dalam satu kilogram dikali dengan harga jual dalam satua Rupiah (Rp).
- Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk membayar tenaga kerja yang bekerja dalam proses penjualan produksi Biaya pengangkutan padi, penjemuran, padi yang sudah kering dimasukan kedalam karung lalu dikumpulkan menjadi satu dan disusun atau di masukan ke dalam gudang.
- Biaya penyusutan padi adalah biaya berkurangnya padi yang disimpan digudang dikarnakan hama tikus dan berkurangnya kadar air yang menyebabkan berkurangnya berat padi
- Pendapatan merupakan selisih dari jumlah peneriamaan dengan biaya – biaya penjualan produksi, yang dikonversikan dalam satuan Rupiah (Rp).
- Pemasaran adalah proses penjualan hasil padi dari petani ke pedagang.
3.3. Populasi dan Sampel
Menurut Mardalis (1989), populasi itu adalah sekumpulan kasus yang perlu memenuhi syarat – syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian tersebut dapat berupa orang, barang, binatang, hal atau peristiwa. Ditambah oleh Pangestu Subagyo (2003), keseluruhan fakta dari hal ini disebut populasi, sedangkan bagaian dari semua fakta yang dianggap dapat mewakili seluruhnya disebut sebgai sampel. Berdasarkan pendapat tersebut diatas maka seluruh petani padi sawah yang berada di Desa Jonggon Jaya diasumsikan sebagai polulasi berdasarkan profil Desa Jonggon Jaya (2012), jumlah petani padi sawah yang berada di Desa Jonggon Jaya sebanyak 364 orang dari ke tiga belas kelompok petani.
Menurut pendapat Husein Umar (2005), ukuran sampel minimum yang dapat diterima berdasarkan desain penelitian yang digunakan untuk metode deskriftif yaitu 10%-20% populasi atau minimal 30 sampel. Untuk menentukan jumlah sampel, digunakan 10% dari jumlah populasi atau 0,1 x 364 opulasi, maka didapat 30.6 sampel. Untuk memudahkan penghitungan data, maka jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini dibulatkan menjadi 30 orang petani padi sawah yang berada di Desa Jonggon Jaya.Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan mengunakan metode simple random sampling atau metode acak sederhana.
3.4. Data yang diperlukan
Untuk memudahkan perhitungan, maka rincian data yang akan diperlukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Data Desa Jonggon Jaya meliputi penduduk, luas wilayah, letak geografis dan lain-lain.
- Profil responden atau petani sawah di Desa Jonggon Jaya yang meliputi keseluruhan kelompok petani, luas lahan dan status kepemilikan, komonditas yang ditanam dan umur komonditas.
- Jumlah produksi yang dihasilkan pada musim tanam bulan Agustus-september 2012.
- Biaya tenaga kerja meliputi , biaya pengangkutan, biaya penjemuran, biaya pengarungan, biaya pegumpulan padi kedalam gudang.
- Biaya pembelian alat dan mesin pertanian meliputi pembelian kipas agin, pembelian terpal, pembelian karung dan lain-lain dimana selanjutnya akan dihitung biaya penyusutannya.
- Data penunjang meliputi jumlah hasil produksi yang dikonsumsikan, jumlah yang dijual yang disimpan.
3.5. Tenik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitU:
Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitU:
- Penelitian lapangan ( field work research ), yaitu melakukan wawancara langsung dengan respoden, mengunakan kuisioner dan mendatangi atau observasi langsung kelapangan.
- Penelitian kepustakaan ( library research ), yaitu dengan cara mengumpulkan data-data dari bahan kepustakaan dilanjutkan dengan pengutipan bagian-bagian releven yang ada hubungannya dengan peneliti.
Untuk memudahkan perhitungan maka pengolahan data dilakukan secara manual mengunakan rumus yang telah ditetapkan sebelumnya dengan alat bantu Microsoft Office Exel 2007. Kemudian dari perhitungan tersebut diketahui seluruh data yang diperlukan sebagai hasil penelitian sehingga dapat ditarik kesimpulan.
3.6. Alat Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung dilapangan dengan wawancara kepada petani padi sawah dengan mengunakan pertanyaan (kuisioner) sesuai dengan tujuan penelitian maka digunakan perhitungan sebagai berikut: untuk menghitung penerimaan mengunakan rumus (Sudaesono, 1995), yaitu :
TR = P.Q
Keterangan :
TR = Jumlah Penerimaan / total revenue( Kg )
P = Harga / Price( Rp )
Q = Produksi / Quantity( Rp )
Pendapatan usaha tani padi dengan menggunakan konsep pendapatan dikemukakan oleh ( Mosher, 1991 ) dengan mengunakan total biaya dengan rumus :
I = TR – TC
Keterangan :
I = Pendapatan usaha tani padi / Income
TR = Total Penerimaan / Total Revenue
TC = Jumlah Biaya Produksi / Total Cost
Selanjutnya untuk mengetahui jenis saluran pemasaran hasil padi sawah dalam menyalurkan pertanian ke tangan konsumen, maka dapat digunakan pendapat Daniel (2004)
Dengan demikian kita dapat mengetahui jenis saluran pemasaran manakah yang diterapkan dalam pertanian padi sawah dalam menyalurkan produksinya ketangan konsumen akhir. Untuk menghitung biaya yang dikeluarkan oleh satuan lembaga pemasaran berlangsung kemudian menjumlahkan biaya tersebut secara keseluruhan.
Menurut Agustina dan setiajie (2008) untuk menghitung margin pemasaran di masing-masing lembaga pemasaran mengunakan rumus sebagai berikut :
M = Hp – Hb
Keterangan :
M = Margin pemasaran.
Mp = Harga penjualan.
Mb = Harga pembelian.
Sedangkan untuk margin diperoleh dengan menjumlahkan tiap margin lembaga pemasaran yang terlibat dengan mengunakan rumus sebagai berikut :
Mt = M1 + M2 + M3 + …………Mn
Keterangan :
Mt = Margin total
M1,M2, M3,……Mn = Margin pedagang.
Selanjutnya untuk menghitung keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat menurut Nurasa dan Darwis (2007; 42), digunakan rumus sebagai berikut :
= Mt – Bt
Keterangan :
= Keteranagn pemasaran dengan satuan (Rp/ Kg).
Mt = Margin pemasaran dengaan satuan (Rp/ Kg).
Bt = Biaya pemasaran dengan satuan (Rp/ Kg)
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kansius, Yogyakarta
Adiwilaga, A. 1992. Ilmu usahatani. Alumni, Bandung
AAK. 1983. Dasar-dasar bercocok tanam. Kansius, Yogyakarta
Aukley, G. 1983. Teori makro ekonomi. Terjemahan Paul Sihothan. Unuversitas Indonesia, Jakarta
Agustian, A. Setiajie, I. 2008. Analisis perkembangan harga dan rantai pemasaran komonditas cabai merah di Provinsi Jawa Barat. Pusat analisis social ekonomi dan kebijakan pertanian Departemen Pertanian.
BPS Kutai Kartanegara. 2011. Kutai Kartanegara Dalam Angka. BPS Kutai Kartanegara, Kutai Kartanegara.
BPS Kutai Kartanegara. 2011. Kecamatan Loa Kulu Dalam Angka. BPS Kutai Kartanegara, Kutai Kartanegara.
Bambang Dan Aristanti.2007. Mengasah Kemanpuan Ekonomi. Citra Praya. Bandung.
Departemen Pertanian CV Yasa Guna, Jakarta.
Daniel, M. 2004. Pengantar ekonomi pertanian. Jakarta . PT. Bumi Aksara.
Fuad, M. dkk. 2003. Pengantar Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gilarso,T. 1992. Pengantar ilmu ekonomi bagian makro. Yogyakarta. Kanisius.
Hadisaputro, S. 1985. Biaya dan pendapatan didalam usahatani. Departemen Ekonomi Pertanian. UGM Yogyakarta
Kompas. 2004. Dicanangkan sebagai tahun padi Nasional. [www. Situs Hijau.co.id.] dikunjungi 27. Juli 2012.
Mosher, A.T. 1991. Mengerakkan dan membangun pertanian, dinas pendidikan Departemen Pertanian CV Yusa Guna, Jakarta.
Mubyarto. 1991. Pengantar ekonomi pertanian, Edisi – 3 Lembaga Penelitian pendidikan dan penerangan ekonomi social, Jakarta.
Mubyarto. 1994. Pengantar ekonomi pertanian. Jakarta . LP3ES.
Nurasa, T. Darwis, V. 2007. Analisis usahatani dan keragaman margin pemasaran bawang merah di Kabupaten Brebes. Bogor. Pusat analisis social ekonomi dan kebijakan pertanian.
Soedarsono, H. 1995. Pengantar ekonomi mikro. LP3ES, Jakarta,
Soemartono, B. dkk. 1984. Bercocok Tanam Padi. Yasguna, Jakarta
Suparyono dkk. 1993. Padi. Penebar Swadya, Jakarta.
Supari, D. H. 2001. Manajemen produksi dan oprasional agribisnis hortikultura. Kelompok Gramedia, Jakarta.
Soekarwati. 1995. Analisis usaha. UI, Jakarta.
Soekarwati Dkk. Ilmu usahatani dan penelitian untuk pengembangan petani kecil. UI Press, Jakarta.
Soekartawi, A. 1993. Prinsip dasar ekonomi pertanian. Jakarta . PT. Raja Grafindo Persada.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar