Sponsors
Sabtu, 16 November 2013
Dari Buruh Pabrik Kini Jadi Wanita Terkaya Dunia
Siapa Zhang Xin dan bagaimana ia menjadi sukses seperti sekarang?
sosok.kompasiana.com
Zhang Xin saat kecil hidup bersama orang tuanya yang sangat sederhana. Tinggal di lantai lima rumah susun di Beijing. Sudah biasa makan nasi ransum dengan mangkuk besi bersama anak-anak pekerja keras China yang lain.
Saat remaja, ia sempat menjadi buruh pabrik di Hong Kong. Bekerja 12 jam dengan shift. Saat kerja inilah, sedikit demi sedikit, Zhang bisa mengumpulkan uang. Akhirnya saat mencapai usia 20, ia nekad hijrah ke Inggris. Kebetulan mendapat beasiswa di Sussex. Dari sini, Zhang melanjutkan kuliah di Cambridge ntuk menyelesaikan gelar master.Pada usia 27 tahun, Zhang berhasil menyelesaikan studi S2 di bidang Development Economics dari Cambridge University.
Akhirnya Zhang mendapatkan pekerjaan di perusahaan internasional Goldman Sachs and Travelers Group, membangun karirnya dalam investment banking. Dari sinilah kisah kesuksesan Zhang pelan-pelan mulai diraih. Ia bermain di bisnis properti.
Pada 1994 ia kembali ke China, tergoda seperti ekspatriat lainnya yang terpikat oleh tawaran zona ekonomi khusus dan reformasi ekonomi. Seorang teman menyarankan Zhang memulai bisnis properti. Pan Shiyi namanya. Dia yang datang dari keluarga lebih miskin dari Zhang, memandang masa depan bisnis properti sangat bagus.
Empat hari kemudian, Pan mengusulkan semua ide kepada perempuan itu. Lalu mereka mendirikan SOHO. Bersama Pan yang kemudian menjadi suaminya, Zhang memulai bisnisnya pada 2007. Perusahaan ini sempat kolaps dengan utang US$1,65 miliar, namun kemudian sedikit demi sedikit utangnya bisa direstrukturisasi.
Saat remaja, ia sempat menjadi buruh pabrik di Hong Kong. Bekerja 12 jam dengan shift. Saat kerja inilah, sedikit demi sedikit, Zhang bisa mengumpulkan uang. Akhirnya saat mencapai usia 20, ia nekad hijrah ke Inggris. Kebetulan mendapat beasiswa di Sussex. Dari sini, Zhang melanjutkan kuliah di Cambridge ntuk menyelesaikan gelar master.Pada usia 27 tahun, Zhang berhasil menyelesaikan studi S2 di bidang Development Economics dari Cambridge University.
Akhirnya Zhang mendapatkan pekerjaan di perusahaan internasional Goldman Sachs and Travelers Group, membangun karirnya dalam investment banking. Dari sinilah kisah kesuksesan Zhang pelan-pelan mulai diraih. Ia bermain di bisnis properti.
Pada 1994 ia kembali ke China, tergoda seperti ekspatriat lainnya yang terpikat oleh tawaran zona ekonomi khusus dan reformasi ekonomi. Seorang teman menyarankan Zhang memulai bisnis properti. Pan Shiyi namanya. Dia yang datang dari keluarga lebih miskin dari Zhang, memandang masa depan bisnis properti sangat bagus.
Empat hari kemudian, Pan mengusulkan semua ide kepada perempuan itu. Lalu mereka mendirikan SOHO. Bersama Pan yang kemudian menjadi suaminya, Zhang memulai bisnisnya pada 2007. Perusahaan ini sempat kolaps dengan utang US$1,65 miliar, namun kemudian sedikit demi sedikit utangnya bisa direstrukturisasi.
forbes.com
Di bawah bendera SOHO, Zhang berhasil membangun kerajaan bisnis properti bersama suaminya. Dia berhasil mengubah cakrawala dari rumah beton kotor yang ia tinggali hingga 1970, menjadi gedung yang indah dan futuristik. “Pembangunan ini bertahap dan begitu lama,” kata dia kepada The Sunday Telegraph.
“Saya teringat ketika kami sedang berjuang membayar gaji dan tagihan. Bagaimana pun perusahaan harus terus bergerak meskipun dengan utang. Dengan kontrol biaya yang ketat, kami pun secara bertahap bisa mendapat keuntungan.”
“Saya teringat ketika kami sedang berjuang membayar gaji dan tagihan. Bagaimana pun perusahaan harus terus bergerak meskipun dengan utang. Dengan kontrol biaya yang ketat, kami pun secara bertahap bisa mendapat keuntungan.”
Bagaimana Bisa Tetap Sukses?
Kerja keras dan cerdas jadi faktor meraih sukses, seperti dituturkan dari kisah Zhang di atas. Namun, ada lagi yang penting. Yakni:
Kerja keras dan cerdas jadi faktor meraih sukses, seperti dituturkan dari kisah Zhang di atas. Namun, ada lagi yang penting. Yakni:
1. Pengusaha yang baik berarti tetap memenuhi janji terhadap klien atau rekan bisnis, tanpa berniat berdusta untuk keuntungan pribadi.
2. Selain itu, ia juga berusaha tetap hidup sederhana tanpa perlu menjadi glamour yang menghamburk-hamburkan harta.
Meski telah sukses, dia tidak mau memamerkan kekayaannya. Penampilannya sangat sederhana. Bila menggunakan make up, tidak begitu kentara. Begitu juga dengan perhiasan, juga tidak berlebih.pakaian sederhana, kegiatan akhir minggu untuk keluarga dan masih bepergian dengan penerbangan kelas bisnis.
forbes.com
Ditanya mobil apa yang dia pakai, dia ragu-ragu. Namun akhirnya menjawab. “Oh, itu Lexus. Saya tidak tahu modelnya.” Bahkan dengan triliunan rupiah kekayaan yang ia punya, Zhang tetap mempertahankan sikap hemat. Bila menggunakan pesawat, dia akan menolak menggunakan kelas satu. Padahal bagi dia, sangat mudah terbang ke mana pun dengan tiket paling mahal sekali pun.
“Ini bukan soal keterjangkauan, ini tentang hati nurani. Kelas bisnis ini sudah cukup nyaman," tutup Zhang.
“Ini bukan soal keterjangkauan, ini tentang hati nurani. Kelas bisnis ini sudah cukup nyaman," tutup Zhang.
Sumber :
tahukah-anda
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar